JAMBI,- Akademisi Universitas Jambi (UNJA), Dr. Usman, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum UNJA beserta Cholillah Suci Pratiwi, S.IP., M.A., selaku Kepala Laboratorium Pengembangan Budaya Politik FH UNJA memberikan pandangan bahwa kerja sama yang terjalin dari perhelatan KTT ASEAN Ke-42 di Labuan Bajo bisa membentuk kawasan yang multikulturalisme dan inklusif.
“Perlu penguatan kerja sama antar anggota ASEAN dalam penanggulangan kejahatan perdagangan orang, narkotika, dan perlindungan buruh migran. Selain itu, dibutuhkan bentuk kerja sama dalam dunia pendidikan berupa pertukaran dosen dan mahasiswa antar negara. Selanjutnya, pemanfaatan sumber daya alam yang sesuai peraturan dan perbatasan antar negara yang rukun perlu ditingkatkan untuk kesejahteraan bersama,” ujar Dekan FH UNJA.
Cholillah Suci Pratiwi, S.IP., M.A., selaku Kepala Laboratorium Pengembangan Budaya Politik FH UNJA turut memberikan sudut pandangnya terhadap gelaran akbar antar negara di kawasan Asia Tenggara tersebut.
“KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo NTT, saat ini menjadikan Indonesia penyelenggara yang kelima sebagai tuan rumah sekaligus ketua ASEAN. Hal ini tentunya menjadi kesempatan bagi indonesia untuk mendorong kebangkitan ASEAN di kancah internasional. Tentunya dalam hal Indonesia menjadi tuan rumah menandakan kepercayaan kawasan regional kepada indonesia untuk menavigasi pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan kawasan regional ASEAN di tengah kondisi recovery dunia pasca pandemi,” ujarnya.
“Kekuatan indonesia ini sekaligus memberikan peluang dan menunjukkan peran strategis indonesia memperkuat kapasitas dan kapabilitas kelembagaan ASEAN utamanya dalam membentuk tatanan kawasan yang mendasarkan padan multikulturalisme dan nilai-nilai inklusivitas”.
Cholillah berharap tekad Indonesia mengarahkan kerja sama ASEAN di tahun ini bisa memperkuat poisisi ASEAN di kancah global dan memfasilitasi inovasi.
“Harapannya, dengan tekad indonesia mengarahkan kerja sama ASEAN tahun 2023 untuk melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespon berbagai tantangan kawasan dan global serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan untuk kemakmuran rakyat di negara-negara Asia Tenggara”.
“Selanjutnya, harapannya indonesia juga dapat memfasilitasi berbagai inovasi sebagai solusi dalam mengatasi tantangan dan permasalahan dunia yang juga dihadapi kawasan. Kepercayaan dan dukung dari berbagai pihak terhadap Indonesia merupakan buah dan strategi diplomasi Indonesia serta kepemimpinan yang kuat dlm ASEAN sejak awal pembentukannya di tahun 1967,” jelasnya.
Sementara itu, masih menurut Cholillah, kekuatan indonesia untuk ASEAN di tahun 2023 ini memiliki tantangan dan permasalahan internasional yang cukup kompleks, baik dari segi geopolitik maupun ekonomi. Pertama, tantangan datang persaingan negara besar seperti AS dan Tiongkok serta AS dan Rusia.
“Tantangan juga datang dari ekonomi dimana negara-negara masih dalam kondisi pemulihan pasca covid 19 yang kemudian menimbulkan berbagai krisis ekonomi, pangan, energi, hingga perang. Disamping isu Myanmar yang akan kembali menguji kapasitas dan efektivitas ASEAN dalam mengatasi permasalahan internal”.
“Berbagai macam tantangan tersebut tentunya berpotensi untuk mengancam stabilitas kawasan, melemahkan sentralitas, dan mengancam relevansi ASEAN sebagai aktor yangg berperan dalam membentuk tatanan di kawasan Asia Tenggara,” tutup Cholilah.