Pewarta: Silvia Yuliansari
Editor: Mochammad Farisi
Foto: ist*
Copyright © HUMAS UNJA 2024
Dorel Efendi, Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan Universitas Jambi berhasil mengembangkan usaha ternak lebah madu dengan nama brand Madunia. Madunia saat ini sudah dipasarkan ke beberapa provinsi yang ada di Indnesia, penjualan Madunia telah sampai ke Jawa, Kalimantan dan beberapa provinsi di Sumatra. Kira-kira seperti apa kisah sukses Dorel Efendi dalam mengembangkan usaha lebah madunya tersebut, berikut hasil wawancaranya bersama Humas Universitas Jambi beberapa waktu lalu.
Apa latar belakang Dorel Efendi dalam menekuni budidaya Lebah madu ini?
Saat masih aktif di organisasi mahasiswa, saya aktif di UKM Go Green Unja yang bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, selain itu saya juga aktif di berbagai komunitas yang bergerak di lingkungan hidup seperti Elotansia, Lindungihutan.com, Earth Hour dll. Dengan banyaknya aktivitas saya di komunitas yang berbasis pelestarian alam, saya pernah berpikir untuk mengabdikan diri saya dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, mitigasi perubahan iklim, dan konservasi di kawasan taman nasional.
Pada tahun 2021, saya mengikuti kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek. Setelah kegiatan tersebut, peserta yang terdiri dari anak muda di seluruh Indonesia diarahkan untuk menggali potensi daerah masing-masing yang berbasis pada kekayaan budaya dan rempah yang sangat terkait dengan Jalur Rempah Nusantara.
Singkat cerita, saya pulang ke Kerinci, saya melihat begitu tinggi sekali potensi kayu manis (Cinnamomum burmanii / Cinnamon Koerintji). Namun di satu sisi, praktik budidaya kayu manis yang tebang habis dan membutuhkan lahan luas seringkali menyebabkan intervensi pada kawasan TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) yang berujung pada deforestasi dan degradasi lahan.
Saya berfikir bagaimana sebenarnya model yang bisa diterapkan dalam praktik budidaya yang bermanfaat secara ekonomi, ekologi dan sosial budaya masyarakat.
Saya akhirnya melihat peluang untuk melakukan budidaya lebah madu di kebun2 kayu manis sebagai bentuk optimalisasi ruang dengan harapan menekan laju deforestasi di kawasan TNKS. Atau sederhananya, saya melakukan budidaya di luar kawasan konservasi untuk menjaga kawasan konservasi, kemudian barulah lahir usaha dengan brand Madunia.
Sejak kapan proses budidayanya, lalu dimana dan seperti apa prosesnya?
Pertama kali melakukan budidaya sekitar dua tahun lalu yaitu di tahun 2022. Namun, ilmu nya masih sangat sedikit sekali. Saat itu saya hanya mengandalkan tekad dengan ilmu seadanya untuk budidaya. Saya mulai membuat kotak lebah sederhana, survei lokasi, setelah melihat ada lebah nampak terbang di sana, akhirnya saya meletakkan kotak budidaya yang sudah saya buat di lokasi tersebut. Alhamdulillah, tidak lama setelah itu, lebah jenis Apis cerana menghampiri kotak budidaya dan saya terus belajar secara otodidak.
Saya terus belajar budidaya hingga sekarang, baik otodidak, belajar dengan orang lain ataupun referensi pustaka.
Lokasi budidaya yang kami namai dengan Madunia Green Space berlokasi di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci. Tepat di kawasan penyangga TNKS.
Di Madunia Green Space, kami juga memberikan edukasi tentang budidaya lebah madu dan kehidupan berkelanjutan. Kami pernah bekerjasama dengan Kitabisa.com dalam program Voluntrip, Taman Baca Masyarakat Kampung Belajar Ilir Dusun, kami juga pernah melakukan pelatihan budidaya lebah madu gratis untuk petani muda yang berada di kawasan penyangga TNKS.
Bagaimana hasilnya dan seberapa besar potensi pasarnya?
Sejauh ini, pemasaran menggunakan media sosial, kami sudah pernah mengirim ke Jawa, Kalimantan dan beberapa Provinsi di Sumatra. Namun, produksi untuk madu dari lebah jenis Apis cerana masih terbatas. Kapasitas produksi masih belum mencukupi, maka dari itu kami mengajak lahirnya beekeepers agar bisa berkolaborasi dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Untuk potensi masih sangat tinggi, produksi madu Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan konsumsi madu masyarakat kita.
Bagaimana dengan hambatan dan tantangan dalam Madunia ini?
Sejauh ini, kapasitas produksi masih belum stabil, maka dibutuhkan lahirnya beekeepers yang bisa menghasilkan madu dari proses budidaya.
Selain itu, kendala-kendala dalam proses produksi juga kami alami, maka dari itu, Madunia sangat mengharapkan adanya kerja sama dengan Universitas untuk menyelesaikan berbagai persoalan mulai dari produksi hingga hilirisasi.
Melalui program pemberdayaan masyarakat, pendidikan, ataupun penelitian, harapannya UMKM seperti kami bisa dirangkul, dan bergerak bersama dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
Peningkatan kualitas dan kuantitas, eksplorasi jenis lebah, penelitian untuk produk turunan lebah, riset pasar dan semacamnya adalah hal-hal yang sangat kami butuhkan dalam menjawab tantangan yang ada saat ini. Semoga bisa menjadi teman kolaborasi.
Nama atau brand usahanya apa?
Nama Usaha adalah Madunia dengan tagline “Beekeeping for Climate | Local Community Partner”.
Terakhir, kalau dirata-ratakan berapa liter yang bisa dipanen dalam seminggu dan berapa harga jualnya?
Kalau panen di kebun sendiri sekarang masih terbatas tapi kalau di rata-rata satu kotak budidaya bisa sekitar 2 kg per 5 minggu, kalau cuaca bagus dan vegetasi melimpah. Tapi untuk jenis lebah yang kami budidaya di Kerinci (Apis cerana), kami biasa panen dan langsung jual honey comb (madu sarang) nya dengan harga 75 ribu/300 gr.
Dan sekarang Madunia banyak bermitra dengan peternak, Madunia juga bermitra dengan pemburu lebah liar (Apis dorsata) di Kabupaten Bungo. Harga untuk jenis Apis dorsata ini 240 ribu per kg, selain itu ada juga kemasan 500 gr 145 ribu dan 250 gr 99 ribu.
Madunia juga bermitra dengan peternak di Tanjabtim untuk jenis lebah Apis mellifera (European Honey Bees). Harga kemasan 1 kg 120 ribu, 700 gr 90 ribu, 480 gr 70 ribu, 350 gr 50 ribu, 250 gr 35 ribu dan kemasan kecil biar mudah dibawa ke mana-mana ada 150 gr 20 ribu.
Apa pesan kepada teman-teman mahasiswa UNJA agar mau berentrepenuer sesuai dengan visi UNJA Entrepreneurship University?
Pesan untuk kawan-kawan mahasiswa, Indonesia memiliki potensi alam dan bentang ekosistem yang sangat kaya. Mari pulang ke daerah, lihat potensi dan yakinlah, jika kita bisa optimalkan hal tersebut, kita akan bisa jauh lebih berkembang sesuai dengan apa cita-cita universitas.
Tentu jalannya tak akan mudah, tapi di situlah kita butuh berjejaring, berkomunitas dan belajar bersama.
1 thought on “Kisah Dorel, Mahasiswa Kehutanan UNJA yang Sukses Merintis Bisnis Budidaya Lebah Madu”