Dr. Tona Aurora Lubis, SE., M.M
Ketua Pusat Penelitian Pembinaan UKM dan Koperasi
Lembaga Penelitian Universitas Jambi
Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA , pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2012, disampaikan bahwa tema Hardiknas kali ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Pada sambutan tersebut, terungkap bahwa pada periode tahun 2010 sampai 2035, bangsa kita dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa.
Populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut merupakan kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka. Ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia, jika kesempatan emas ini dapat di kelola denga baik maka akan mendapatkan bonus demografi (demographic dividend), akan tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana demografi (demographic disaster) bila tidak dapat mengelolanya dengan baik. Oleh karena itu, sudah sepatutnya bonus demografi tersebut dikelola menjadi human capital dalam pembangunan bangsa dan negara ini.
Pada tahun 2006, Anies Baswedan menulis tentang “Ruling Elite Indonesia” (Tabel 1) yaitu fase pembentukkan para elite dan fase kematangan para elit di Indonesia.
Fase Pembentukkan Elite | Fase Kematangan Elite | ||
Periode Kemudaan | Trend/ Jalur Rekruitmen | Periode Kematangan | Ruling Elite |
1990an – 1930an | Pendidikan Modern | 1940an – 1960an | Intelektual |
1940an – 1960an | Perjuangan Fisik | 1970an – 1990an | Angkatan Bersenjata |
1960an – 1990an | Organisasi Massa/ Politik | 2000an – 2020an | Aktivis |
1990an – Sekarang | Dunia Bisnis | 2020an – 20?? | Entrepreneur/ Pengusaha |
Fase pembentukkan para elite dan fase kematangan para elit tersebut dibagi dalam periode waktu sebagai berikut:
Pertama : Fase pembentukkan elite pada periode 1990an sampai dengan 1930an, dibentuk melalui jalur pendidikan modern. Fase kematangan elitnya terjadi pada periode 1940an sampai dengan 1960an dan pada fase ini ditandai dengan para elit berasal dari para intelektual.
Kedua : Fase pembentukkan elit pada periode 1940an sampai dengan 1960an dibentuk melalui perjuangan fisik. Fase kematangan elitnya terjadi pada periode 1970an sampai dengan 1990an dan pada fase ini ditandai dengan para elit berasal dari angkatan bersenjata.
Ketiga : Fase pembentukkan elit pada periode 1960an sampai dengan 1990an dibentuk melalui organisasi massa/ politik. Fase kematangan elitnya terjadi pada perode 2000an sampai dengan 2020 dan pada fase ini diprediksi bahwa para elit berasal dari aktivis.
Keempat : Fase pembentukkan elit pada periode 1990an sampai dengan sekarang dibentuk melalui jalur dunia bisnis. Fase kematangan elitnya terjadi pada periode 2020 sampai dengan waktu yang belum diketahui batasnya, namun pada fase ini diprediksi bahwa para elit berasal dari entrepreneur (pengusaha)
Jika dilihat dari pembagian fase pembentukkan elit dan fase kematangan elit yang disampaikan oleh Anies Baswedan tersebut, maka sesungguhnya Indonesia sekarang berada pada fase pembentukkan elit, yaitu elit dibentukkan oleh dunia bisnis. Namun fase kematangannya telah lebih cepat terjadi. Hal ini dapat dilihat bersama bahwa sekarang ini sebagian besar para elit berasal dari para entreprenur atau pengusaha.
Dengan adanya bonus demografi dan adanya pemikiran dari Anies Baswedan tentang para elit yang akan memimpin negeri ini, sudah saatnya kita mempersiapkan generasi emas dengan kemampuan manajemen dan kewirasuahaan. Khusus untuk jurusan manajemen fakultas ekonomi Universitas Jambi, sudah selayaknya harus lebih berusaha menciptakan para manajer (the making of Managers) baik sebagai wirausaha (entrepreneur) maupun sebagai wirakaryawan (intrapreneur).
Sejalan dengan hal tersebut, kita dapat merujuk konsep dari American Management Association (AMA) tentang management. American Management Association mendefinisikan Management is honesty and knowledge, manajemen adalah jujur dan berilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh yang menerapkan manajemen adalah jujur dan berilmu pengetahuan dalam bisnis adalah Jach Welch. Jach Welch adalah salah satu tokoh yang dikenal karena kepemimpinannya saat menjabat sebagai pemimipin dan ketua eksekutif dari GE (General Electric) pada periode 1981-2001. GE merupakan perusahaan teknologi dan jasa dengan bidang usaha yang sangat luas, dari peralatan rumah tangga, lampu listrik, finansial, mesin jet pesawat, sampai pembangunan pembangkit nuklir.
Beberapa prinsip yang dipegang teguh oleh Jack Welch dalam mengelola GE yakni, pertama; bisnis itu sederhana, untuk menyikapi bisnis sebagai sebuah bidang yang simpel, Ia menyatakan bahwa, “Don’t make business harder than it is.” (Jangan buat bisnis lebih sulit dari yang sebenarnya). Ia menekankan kejujuran, keterusterangan sebagai bentuk nyata dari konsep kesederhanaan, kedua; jangan membuat bisnis terkesan rumit, setiap orang dalam perusahaannya harus berpikir secara sederhana, dan tidak memperumit bisnis lebih dari yang seharusnya, ketiga; hadapi kenyataan, ia menyatakan dengan tegas, ”Hadapilah realitas yang ada di hadapan kita, apapun itu. Entah manis atau pahit, cerah atau suram. Jangan sekali-kali mundur dan melarikan diri dari apa yang harus kita hadapi “. Sebagai entrepreneur, kepemimpinan yang berhasil tergantung pada dua hal yaitu : (a). Menentukan dan menghadapi kenyataan tentang situasi, produk dan orang-orang. (b). Lakukan sesuatu dengan cepat dan tegas dengan berdasarkan pada kenyataan itu. Ia menyatakan “Sesungguhnya banyak kesalahan yang kita buat datang dari keengganan menghadapi kenyataan dan tidak tegas dalam bertindak”, keempat; jangan gentar akan perubahan, bahwa perubahan terjadi lebih cepat dari waktu yang diperlukan sebuah perusahaan untuk meresponnya. Para pemimpin yang berorientasi masa depan suka dengan perubahan. Perubahan ialah bagian tak terpisahkan dari realitas bisnis, kelima; hilangkan birokrasi yang menghambat, dunia bergerak dengan kecepatan yang begitu tingginya sehingga kendali bisa menjadi kekangan yang menghambat. Itu cuma membuat kita lamban. Ia menyatakan “Gunakan sumber daya yang ada secara efisien. Tidak perlu memiliki terlalu banyak pegawai jika beban pekerjaan masih bisa ditangani dengan baik”, keenam; gunakan kecerdasan pegawai Anda, Ia menyatakan, “libatkan semua orang dalam perusahaan. Singkirkanlah lapisan manajemen yang menyulitkan dan membuat lamban”, ketujuh; Temukan siapa yang memiliki ide terbaik, dan terapkan ide itu, Ia menyatakan “Temukanlah ide-ide bagus dari siapa saja kemudian terapkanlah ide itu secara serius. Sebagai seorang entrepreneur tidak boleh berhenti belajar, walaupun belajar dari orang-orang yang lebih ‘hijau’ dari diri kita (*).